Minggu, 04 Oktober 2015

Pembuatan Pupuk Organik Eceng Gondok

Eceng Gondok tumbuh di kolam-kolam dangkal, tanah basah dan rawa, aliran air yang lambat, danau, tempat penampungan air dan sungai. Mengangkat Eceng Gondok tersebut secara langsung dari lingkungan perairan untuk dijadikan pupuk bisa dilakukan secara sederhana (konvensional) seperti yang dilakukan Bapak Sayadih. Namun, agar lebih cepat bisa dibantu dengan menambahkan decomposer yang banyak dijual di Toko Saprotan (Contoh Em-4 dll).

Eceng Gondok dicacah, campur 10% dedak halus tambahkan Em-4 kemudian tutup pakai terpal plastik selama 4 hari. Selanjutnya, suhu akan meningkat 50 derajat celcius yang menandakan proses fermentasi tengah berlangsung. Fermentasi selesai setelah suhu menurun hingga 30 derajat celcius.

Pemanfaatan Pupuk Eceng Gondok

Pembuatan Pupuk OrganikPemanfaatan pupuk organik Eceng Gondok untuk pemupukan beragan jenis sayuran seperti Bayam, Cabe, Tomat, Terong dan buah-buahan.

Semoga langkah Bapak Sayadih menginspirasi masyarakat yang tinggal di daerah aliran sungai sehingga akan lahir Sayadih-Sayadih lainnya yang peduli terhadap nilai estetika lingkungan perairan yang ada.

Karena sesungguhnya masih banyak lagi manfaat Eceng Gondok tersebut, misalnya sebagai bahan pembuatan kertas, perabotan, kerajinan tangan, sebagai media pertumbuhan bagi jamur merang, dsb.

(http://www.karawanginfo.com/?p=6587)

Sang Pengrajin Pupuk Ramah Lingkungan Dari Tepian Situ Gempol

Jika Anda berkunjung ke Situ Gempol di Tanjungpura, Karawang Barat, maka mampirlah ke rumah seorang warga yang berada di tepian situ. Selain akan mendapatkan cerita menarik seputar situ, Anda pun sewaktu pulang bisa membawa oleh-oleh pupuk organik untuk tanaman hias Anda di rumah, dengan membeli langsung dari si penghuni rumah. Siapakah sebenarnya warga tersebut?

Sayadih (67 tahun), itulah nama warga yang dimaksud. Ia adalah salah seorang warga yang tidak hanya tinggal di tepi Situ Gempol, tapi juga terbilang kreatif dalam memanfaatkan potensi yang ada di situ yang kaya akan ikan tawar ini. Ia adalah pengrajin atau pembuat pupuk organik yang biasa digunakan untuk menyuburkan tanaman hias.

“Ada yang dari akar tanaman pakis, ada juga dari eceng gondok,” terang Sayadih yang ditemani istri dan cucunya ketika ditemui KarIn di kediamannya.

Akar pohon pakis dan eceng gondok yang umumnya hidup mengambang di situ, danau ataupun sungai adalah bahan utama pupuk yang dibuat oleh Sayadih. Ia memanfaatkan terutama banyaknya eceng gondok yang hidup di permukaan Situ Gempol untuk membuat pupuk organik.

“Kalau eceng sih banyak Jang, tapi akar pakis sekarang yang susah, harus ngambil dari dasar tepian situ, pohonnya yang sudah nggak ada lagi sekarang disini,” jelas Sayadih dengan bahasa sunda logat Karawangnya yang khas.

Pupuk organik dengan bahan akar pakis dan eceng ini, dibuat dengan cara relatif mudah yaitu dengan mengeringkan akar atau eceng di halaman rumah, sampai membusuk, kemudian setelah itu mengaduk-aduknya dengan cangkul hingga hancur, dan jadilah pupuk organik yang siap pakai. Cara yang sederhana itu tentunya pada prakteknya memerlukan ketelatenan dan keterampilan tersendiri, dan Sayadih tentunya juga sudah menguasainya.

Memproduksi pupuk organik dengan bahan akar pakis dan eceng sudah dilakoni Sayadih sejak lama, dan hingga kini telah menjadi mata pencahariannya. Maka, Ia pun sangat menyayangkan jika nantinya situ ini dialih fungsikan menjadi tempat wisata oleh Pemkab Karawang.

Mengenai usaha rumahannya ini, ayah dari 6 anak yang semuanya sudah berumah tangga ini mengungkapkan, bahwa dulu para tetangganya tidak mengetahui usahanya ini, tapi seiring waktu akhirnya banyak pula yang ikut menekuni usaha ini, namun rata-rata kebanyakan tidak terlalu serius seperti dirinya, yang dalam produksinya dibantu sang istri tercintanya tersebut.

Pupuk buatan Sayadih ini, dipasarkan di beberapa pangkalan atau tempat penjual tanaman hias di banyak daerah di Karawang. Ia menjual pupuknya kepada para pedagang eceran yang langsung datang ke rumahnya, baik dalam kemasan karung maupun plastik dengan harga yang bervariasi. Untuk satu kantong plastik, Ia menjual dengan harga Rp. 1.250, – sedangkan untuk kemasan karung, tergantung dengan kapasitas karungnya.

Pengusaha yang ramah lingkungan, itulah mungkin label yang tepat diberikan kepada Sayadih, selain karena pupuk produksinya adalah pupuk organik yang tidak mengandung bahan kimia, dengan memanfaatkan eceng gondok yang ada dan bertebaran di permukaan situ, Ia pun sekaligus menjadi petugas kebersihan situ secara tidak resmi. Dengan Ia mengambil eceng dari situ, maka Ia pun sekaligus membersihkan situ dari eceng tersebut. Ya, eceng gondok, tumbuhan merambat yang hidup di air dan seringkali menjadi penghambat aliran sungai terutama yang ada di muara. Dan, Eceng jugalah yang disinyalir menjadi salah satu penyebab banjir yang rutin melanda berbagai kawasan di Karawang bagian utara di musim hujan, ataupun membuat banyak sawah kekurangan pasokan air akibat terhambatnya laju air.

Itulah sosok Sayadih, pengusaha kecil yang hidup diantara dua sumber air, dimana di bagian timur adalah Situ Gempol, yang Ia jaga kebersihannya dari gangguan eceng, dan di bagian barat adalah Sungai Citarum, yang sudah tercemar oleh limbah industri besar milik para pengusaha kelas kakap yang beroperasi di Karawang.

(http://www.karawanginfo.com/?p=482)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar