Eceng Gondok tumbuh di kolam-kolam dangkal, tanah basah dan rawa, aliran
air yang lambat, danau, tempat penampungan air dan sungai. Mengangkat
Eceng Gondok tersebut secara langsung dari lingkungan perairan untuk
dijadikan pupuk bisa dilakukan secara sederhana (konvensional) seperti
yang dilakukan Bapak Sayadih. Namun, agar lebih cepat bisa dibantu
dengan menambahkan decomposer yang banyak dijual di Toko Saprotan
(Contoh Em-4 dll).
Eceng Gondok dicacah, campur 10% dedak halus tambahkan Em-4 kemudian
tutup pakai terpal plastik selama 4 hari. Selanjutnya, suhu akan
meningkat 50 derajat celcius yang menandakan proses fermentasi tengah
berlangsung. Fermentasi selesai setelah suhu menurun hingga 30 derajat
celcius.
Pemanfaatan Pupuk Eceng Gondok
Pembuatan Pupuk OrganikPemanfaatan pupuk organik Eceng Gondok untuk
pemupukan beragan jenis sayuran seperti Bayam, Cabe, Tomat, Terong dan
buah-buahan.
Semoga langkah Bapak Sayadih menginspirasi masyarakat yang tinggal di
daerah aliran sungai sehingga akan lahir Sayadih-Sayadih lainnya yang
peduli terhadap nilai estetika lingkungan perairan yang ada.
Karena sesungguhnya masih banyak lagi manfaat Eceng Gondok tersebut,
misalnya sebagai bahan pembuatan kertas, perabotan, kerajinan tangan,
sebagai media pertumbuhan bagi jamur merang, dsb.
(http://www.karawanginfo.com/?p=6587)
Sang Pengrajin Pupuk Ramah Lingkungan Dari Tepian Situ Gempol
Jika Anda berkunjung ke Situ Gempol di Tanjungpura, Karawang Barat, maka
mampirlah ke rumah seorang warga yang berada di tepian situ. Selain
akan mendapatkan cerita menarik seputar situ, Anda pun sewaktu pulang
bisa membawa oleh-oleh pupuk organik untuk tanaman hias Anda di rumah,
dengan membeli langsung dari si penghuni rumah. Siapakah sebenarnya
warga tersebut?
Sayadih (67 tahun), itulah nama warga yang dimaksud. Ia adalah salah
seorang warga yang tidak hanya tinggal di tepi Situ Gempol, tapi juga
terbilang kreatif dalam memanfaatkan potensi yang ada di situ yang kaya
akan ikan tawar ini. Ia adalah pengrajin atau pembuat pupuk organik yang
biasa digunakan untuk menyuburkan tanaman hias.
“Ada yang dari akar tanaman pakis, ada juga dari eceng gondok,” terang
Sayadih yang ditemani istri dan cucunya ketika ditemui KarIn di
kediamannya.
Akar pohon pakis dan eceng gondok yang umumnya hidup mengambang di situ,
danau ataupun sungai adalah bahan utama pupuk yang dibuat oleh Sayadih.
Ia memanfaatkan terutama banyaknya eceng gondok yang hidup di permukaan
Situ Gempol untuk membuat pupuk organik.
“Kalau eceng sih banyak Jang, tapi akar pakis sekarang yang susah, harus
ngambil dari dasar tepian situ, pohonnya yang sudah nggak ada lagi
sekarang disini,” jelas Sayadih dengan bahasa sunda logat Karawangnya
yang khas.
Pupuk organik dengan bahan akar pakis dan eceng ini, dibuat dengan cara
relatif mudah yaitu dengan mengeringkan akar atau eceng di halaman
rumah, sampai membusuk, kemudian setelah itu mengaduk-aduknya dengan
cangkul hingga hancur, dan jadilah pupuk organik yang siap pakai. Cara
yang sederhana itu tentunya pada prakteknya memerlukan ketelatenan dan
keterampilan tersendiri, dan Sayadih tentunya juga sudah menguasainya.
Memproduksi pupuk organik dengan bahan akar pakis dan eceng sudah
dilakoni Sayadih sejak lama, dan hingga kini telah menjadi mata
pencahariannya. Maka, Ia pun sangat menyayangkan jika nantinya situ ini
dialih fungsikan menjadi tempat wisata oleh Pemkab Karawang.
Mengenai usaha rumahannya ini, ayah dari 6 anak yang semuanya sudah
berumah tangga ini mengungkapkan, bahwa dulu para tetangganya tidak
mengetahui usahanya ini, tapi seiring waktu akhirnya banyak pula yang
ikut menekuni usaha ini, namun rata-rata kebanyakan tidak terlalu serius
seperti dirinya, yang dalam produksinya dibantu sang istri tercintanya
tersebut.
Pupuk buatan Sayadih ini, dipasarkan di beberapa pangkalan atau tempat
penjual tanaman hias di banyak daerah di Karawang. Ia menjual pupuknya
kepada para pedagang eceran yang langsung datang ke rumahnya, baik dalam
kemasan karung maupun plastik dengan harga yang bervariasi. Untuk satu
kantong plastik, Ia menjual dengan harga Rp. 1.250, – sedangkan untuk
kemasan karung, tergantung dengan kapasitas karungnya.
Pengusaha yang ramah lingkungan, itulah mungkin label yang tepat
diberikan kepada Sayadih, selain karena pupuk produksinya adalah pupuk
organik yang tidak mengandung bahan kimia, dengan memanfaatkan eceng
gondok yang ada dan bertebaran di permukaan situ, Ia pun sekaligus
menjadi petugas kebersihan situ secara tidak resmi. Dengan Ia mengambil
eceng dari situ, maka Ia pun sekaligus membersihkan situ dari eceng
tersebut. Ya, eceng gondok, tumbuhan merambat yang hidup di air dan
seringkali menjadi penghambat aliran sungai terutama yang ada di muara.
Dan, Eceng jugalah yang disinyalir menjadi salah satu penyebab banjir
yang rutin melanda berbagai kawasan di Karawang bagian utara di musim
hujan, ataupun membuat banyak sawah kekurangan pasokan air akibat
terhambatnya laju air.
Itulah sosok Sayadih, pengusaha kecil yang hidup diantara dua sumber
air, dimana di bagian timur adalah Situ Gempol, yang Ia jaga
kebersihannya dari gangguan eceng, dan di bagian barat adalah Sungai
Citarum, yang sudah tercemar oleh limbah industri besar milik para
pengusaha kelas kakap yang beroperasi di Karawang.
(http://www.karawanginfo.com/?p=482)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar